Kota Makassar pada kurun waktu tahun 2009- 2013 adalah locus(tempat) dari kisah ini. Ketika itu penulis sedang menempuh pendidikan tinggi di salah satu kampus swasta. Penulis menyaksikan dan mengalami secara langsung, bagaimana kehidupan terus memberikan pelajaran dan didikan. Di samping membentuk kepribadian hingga menentukan pendirian.
Ada sejumlah kira-kira ratusan hingga ribuan anak petani dari desa-desa di kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur menempuh pendidikan tinggi di kota Makassar. Mereka tersebar di beberapa kampus swasta, mulai dari akademi, sekolah tinggi hingga universitas. Dominan mereka kuliah jurusan pendidikan diikuti oleh jurusan kesehatan dan jurusan lainnya. Sebagian besar (untuk tidak menyebut semua) kuliah sambil bekerja. Mereka rela bekerja apa saja untuk menunjang kebutuhan kuliah.
Waktu itu dikenal istilah "tak kerja maka tak kuliah". Kondisi demikian menyiratkan latar belakang ekonomi orang tua yang bahkan tak bisa disebut pas-pasan. Untuk tetap bisa kuliah, tak bisa tidak harus tetap bekerja. Bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya kuliah.
Inspirasi bagi kita
Kisah hidup di atas merupakan realita yang nyata. Dihidupi secara langsung oleh penulis. Dimana perjuangan memiliki bentuk paling nyata. Perjuangan untuk memperoleh pendidikan yang layak, perjuangan untuk mendapatkan gelar sarjana. Atau lebih jauh dapat disebut sebagai perjuangan untuk memperbaiki taraf hidup menjadi lebih baik. Disebut memperbaiki taraf hidup karena pendidikan ialah salah satu jalur paling memungkinkan terjadinya perubahan. Mengantar setiap orang menikmati kebebasan dan kemerdekaan dalam hidup.
Kisah di atas menurut hemat saya menunjukkan nilai-nilai hidup yang luhur dan sejati. Mahasiswa atau mahasiswi dalam kisah itu memiliki semangat yang kuat untuk memperoleh pendidikan yang layak. Mereka tidak mudah menyerah ketika berada dalam keadaan ekonomi yang sulit. Sebaliknya, tetap gigih dalam berjuang. Segala daya upaya dikerahkan agar apa yang dicita-citakan dapat terwujud. Mereka tidak berteriak "ayo berjuang" tetapi hidup dalam kondisi berjuang.
Nilai-nilai luhur kehidupan seperti mandiri, gigih, dan daya juang menjadi inspirasi bagi kita. Hendaknya kita tidak memilih jalan pintas dalam meraih sesuatu. Misalnya dengan jalan Kolusi, Korupsi dan Nepotisme. Atau menggunakan cara-cara irasional untuk mendapatkan sesuatu. Kita perlu berproses dan percaya pada kekuatan sendiri. Membebaskan diri dari keterbatasan keadaan dengan berjuang.
Dalam hidup kita perlu belajar juga dari pengalaman orang lain. Suatu ungkapan mengatakan "Orang pintar belajar dari pengalaman hidup sendiri, orang bijak belajar dari pengalaman hidup orang lain" Pengalaman-pengalaman itu dapat memberi peneguhan ketika menghadapi kebimbangan, memberi tawaran solusi ketika menghadapi kesulitan dalam berjuang dan memberi kekuatan ketika sedang lelah menapaki perjuangan hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Formulir komentar